Tuhemberua, Nias Utara – Malam penuh duka melanda warga nelayan di Desa Banuagea, Kecamatan Tuhemberua, Kabupaten Nias Utara, Sabtu (27/09/2025). Tanpa tanda-tanda, badai besar datang tiba-tiba sekitar pukul 22.00 WIB. Angin kencang dan gelombang tinggi menghantam perairan, membuat kapal-kapal nelayan tradisional hancur dan tenggelam.
Sedikitnya empat unit kapal penangkap ikan milik warga rusak parah. Kapal itu milik Yufen Gea, Ucok Zega, Yase Gea, dan Ama Adit Zega. Satu kapal tenggelam dan tak bisa dipakai lagi, sementara tiga lainnya mengalami kerusakan berat. Total kerugian diperkirakan lebih dari Rp 50 juta, jumlah yang sangat besar bagi nelayan kecil yang hanya menggantungkan hidup dari hasil laut.
Keesokan harinya, Minggu (28/09/2025), warga dan sesama nelayan bergotong-royong menyelamatkan sisa kapal yang bisa diselamatkan, seperti mesin dan jaring. Namun, upaya itu tak mampu menutupi kerugian besar yang membuat para nelayan kini terpuruk.
Dengan suara bergetar, salah seorang korban, Ama Adit Zega, menyampaikan isi hatinya.
“Ya… inilah hidup kami. Saat badai datang, kami hanya bisa menangis. Ada beban berat yang harus dipikirkan, anak-anak kami, kebutuhan rumah tangga. Kami mohon pemerintah jangan tutup mata, tolonglah bantu kami para nelayan kecil,” ucapnya haru.
Musibah ini menambah deretan penderitaan nelayan tradisional yang sering kali kalah menghadapi ganasnya alam. Warga Desa Banuagea berharap pemerintah daerah segera turun tangan memberikan bantuan darurat, serta membangun fasilitas tangkahan kapal agar nelayan punya tempat lebih aman ketika badai datang mendadak.
Tangisan nelayan Tuhemberua malam itu bukan sekadar keluh kesah, tetapi jeritan hati masyarakat pesisir yang menantikan uluran tangan pemerintah untuk meringankan beban mereka.
B. J | H24 | Intinews.com
Editor : Dwi Hartoyo