BATAM – INTINEWS.COM
Tangis dan teriakan pilu mewarnai jalannya penertiban rumah liar di kawasan Simpang Glory, Tanjung Uncang, Kecamatan Batu Aji, Kota Batam, Selasa (28/10/2025).
Di bawah terik matahari, warga berlarian menyelamatkan barang seadanya saat alat berat mulai menggempur rumah mereka satu per satu.
Sebanyak 250 personel tim terpadu dikerahkan — terdiri dari Satpol PP, TNI, dan Polri — untuk menertibkan ratusan bangunan yang dianggap berdiri di atas lahan tidak resmi.
Namun yang menjadi sorotan, Camat Batu Aji Addi Harnus tidak tampak di lokasi.
Sedangkan Kasatpol PP Kota Batam, Imam Tohari, baru tiba setelah waktu makan siang.
“Kami menjalankan tugas sesuai aturan. Warga sudah diberikan waktu dan peringatan. Hari ini adalah pelaksanaan sesuai jadwal,” jelas Imam Tohari kepada awak media.
Namun di sisi lain, jeritan batin warga terdengar memilukan.
Banyak dari mereka mengaku tak punya tempat tinggal lain, bahkan sebagian besar masih menunggu kejelasan soal relokasi.
“Kami sudah puluhan tahun tinggal di sini. Anak-anak lahir di sini, sekolah di sini. Sekarang kami harus kemana?” keluh Yanti (38), seorang ibu rumah tangga, sambil menggenggam erat tangan anaknya yang menangis ketakutan.
Tokoh masyarakat setempat, R. Simanjuntak, menilai pemerintah seharusnya memberikan solusi sebelum melakukan tindakan keras seperti ini.
“Kami tidak menolak penertiban, tapi tolong ada sisi kemanusiaannya. Jangan biarkan rakyat kecil menanggung derita tanpa arah dan tempat berteduh,” ujarnya dengan nada kecewa.
Situasi sempat memanas ketika sejumlah warga mencoba menghalangi proses pembongkaran. Namun aparat tetap bertindak profesional dan mengedepankan pendekatan persuasif agar situasi tidak melebar.
Menjelang sore, puing-puing rumah menjadi saksi bisu dari perpisahan antara warga dan tanah yang telah mereka anggap rumah selama bertahun-tahun.
Bagi warga Simpang Glory, hari itu bukan sekadar penggusuran — tapi hari kehilangan: kehilangan rumah, kehilangan masa depan, dan kehilangan rasa aman.
Sementara aparat menutup kegiatan dengan pengamanan ketat, warga hanya bisa menatap langit sore yang muram, berharap ada keajaiban dan perhatian dari pihak berwenang.
Penulis. : Sajarudin
Editor : Dwi Hartoyo






