LAMPUNG TENGAH — Tepat pada Sabtu malam, 25 September 2025, gelanggang budaya terbentang di Tugu Canang, Gunung Sugih, ketika sekumpulan pemuda yang tergabung dalam Kelompok Pemuda Pelestari Budaya “Kopiah Mas Bro” menampilkan atraksi yang bukan sekadar hiburan—melainkan teriak jati diri. Acara yang dibuka secara resmi oleh Ardito Wijaya (Bupati) dan dihadiri I Komang Koheri (Wakil Bupati) menunjukkan bahwa pelestarian budaya di tengah modernisasi bukan pilihan, melainkan keharusan.
Bupati Ardito menegaskan dalam sambutannya bahwa “budaya adalah jati diri kita, dan generasi muda memiliki peran penting untuk memastikan warisan ini tidak hanya terjaga tetapi juga berkembang dan dikenal lebih luas.”
Lebih jauh, hadirnya unsur pemerintahan daerah, DPRD dan jajaran Forkopimda menegaskan bahwa upaya pemuda ini mendapat pengakuan — namun sekaligus menegaskan tugas berat: mengubah kesadaran menjadi aksi nyata, bukan sekadar seremoni.
Acara ini pun bisa dibaca sebagai alarm: Desa-kota, kampung-kota besar yang sedang terlena arus globalisasi budaya, harus kembali menemukan pijakan. Di Lampung Tengah, lewat Kopiah Mas Bro, muncul ruang dialog lintas generasi: kapan akhir-akhir ini pemuda kita memanggul tanggung-jawab bukan hanya sebagai konsumen budaya, melainkan pelaku dan pemegang kendali?
Kendati demikian, sejumlah tantangan masih membayangi. Apakah kegiatan seperti ini akan berhenti pada malam semarak di Tugu Canang, ataukah bakal menjelma menjadi gerakan struktural yang melibatkan sistem pendidikan, ekonomi kreatif dan kebijakan lokal? Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah menyatakan dukungan—tetapi dibutuhkan mekanisme agar “dukungan” tak sekadar kotak kosong.
Lebih penting lagi: bagi masyarakat Lampung Tengah, agenda kali ini bukan hanya soal menikmati tari, musik atau simbol, melainkan soal mempertanyakan: apakah identitas kita masih kita kenali? Apakah pemuda kita bangga menjadi pewaris budaya lokal? Karena tanpa jawaban yang menggema dalam keseharian, acara seperti ini hanyalah jeda estetika.
Kesimpulan:
Gelaran Kopiah Mas Bro di Tugu Canang bukan sekadar hiburan malam—melainkan panggilan. Panggilan bagi generasi muda Lampung Tengah untuk memimpin pelestarian budaya, mengokohkan identitas, sekaligus menyandingkan tradisi dengan perkembangan zaman. Apakah pemuda siap menjawab? Pemerintah telah membuka pintu; kini giliran para pemuda untuk menjadikan langkah kecil menjadi gerak besar.
Editor : Dwi Hartoyo






