Batam — Sudah lebih dari dua bulan pintu masuk Genta 1, Kelurahan Buliang, Kecamatan Batu Aji ditutup. Bagi pemerintah, ini disebut langkah rekayasa lalu lintas. Namun bagi rakyat kecil, kebijakan ini bak palu godam yang menghantam perut mereka.
Tercatat 318 UKM yang berdiri di sepanjang Jalan Genta 1 kini mengalami kerugian besar. Omzet harian anjlok hingga 60 persen. Sejumlah pedagang bahkan sudah berhenti berjualan lantaran tak sanggup lagi menutupi biaya operasional.
Pedagang Menjerit
“Dulu jualan nasi saya bisa habis 50 bungkus per hari, sekarang paling laku 15. Habis, orang susah masuk. Kalau terus begini, saya bisa gulung tikar,” keluh Ani, seorang pedagang nasi di Genta 1 dengan mata berkaca-kaca.
Senada, pemilik bengkel motor, Herman, juga mengaku sepi pelanggan.
“Biasanya ada 10–15 motor masuk sehari, sekarang dua aja sudah syukur. Orang malas lewat sini karena jalannya ditutup. Kalau kondisi ini dibiarkan, kami bisa mati pelan-pelan,” ujarnya geram.
Toko kelontong pun tak luput.
“Saya rugi sampai jutaan tiap bulan. Stok barang sering basi karena nggak laku. Pemerintah seenaknya bikin aturan, tapi nggak mikirin rakyat kecil,” tambah Siti, pemilik warung sembako.
Akses Ditutup, Bahaya Baru Muncul
Ironisnya, penutupan jalan yang diklaim untuk mengurai kemacetan di simpang Putri Hijau justru memunculkan titik rawan kecelakaan baru. Kendaraan dari Genta 1 harus berebut jalur kanan menuju Pasar SP, sementara arus Batu Aji–Muka Kuning melaju bebas.
Padahal, menurut warga, kemacetan lama di Putri Hijau terjadi karena pelanggaran lampu merah. Sejak ada pengawasan rutin polisi lalu lintas di pagi dan sore hari, masalah sudah jauh lebih tertib.
“Kalau alasan macet, itu sudah basi. Sekarang malah tambah bahaya, tambah sengsara,” kata seorang pengemudi ojek online.
Raja Hutan: Ada Kepentingan Apa di Balik Ini?
Tokoh masyarakat Batu Aji, Syahrial Lubis alias Raja Hutan, menduga ada sesuatu yang janggal.
“Pemerintah maupun aparat harus transparan. Siapa sebenarnya yang memutuskan menutup Genta 1? Jangan sampai ada kepentingan terselubung, entah bisnis atau permainan lahan. Kalau hanya alasan lalu lintas, itu bisa diatasi dengan penegakan aturan, bukan mematikan nadi ekonomi warga,” tegas Raja Hutan.
Ia juga mengingatkan keras agar kebijakan publik jangan sekali-kali menyingkirkan kepentingan rakyat kecil.
“Ratusan UKM di sana hidupnya dari jalan ini. Kalau ditutup tanpa solusi, artinya kita sedang membunuh ekonomi rakyat secara perlahan,” sambungnya.
Tuntutan Warga: Segera Buka Kembali
Warga mendesak agar akses Genta 1 segera dibuka kembali, disertai pengaturan lalu lintas yang tegas. Petugas cukup ditempatkan di jam sibuk—pagi 06.00–08.00 dan sore 15.30–18.30. Dengan cara itu, lalu lintas bisa tetap lancar tanpa mengorbankan nyawa dan nafkah orang banyak.
“Jangan tunggu kami semua gulung tikar baru dibuka lagi. Kami butuh solusi sekarang, bukan nanti,” tutup seorang pedagang dengan nada getir.
Sajaruddin