“Tak Kenal Maka Tak Sayang”, Sebuah pepatah legendaris yang menyiratkan arti bahwa rasa sayang akan muncul jika kita saling mengenal.
Simpel memang, namun semakin dewasa diri saya, semakin tua umur saya dan semakin mengertinya saya menyoal makna sayang. Menurut saya pepatah ini seolah omong kosong yang terus dilestarikan.
“Tak Kenal Maka Tak Sayang”, mungkin juga ada benarnya. Akan tetapi pepatah tersebut terkadang tidak berlaku dalam dunia jurnalistik. Karena pada kenyataannya, jangankan untuk mengenal dan menjadi sayang, untuk bertemu saja terkadang sangat sulit untuk dijumpai.
Entah itu menghindar atau berlari dan bersembunyi menghindari awak media yang datang.
Jangankan untuk bertemu dan bermitra, atau hanya untuk sekedar bersilaturahmi dan juga konfirmasi, bentuk wujudnya saja terkadang kita tak pernah tahu.
Entah apa yang salah dengan mereka ??
Sebagai seorang Pejabat Publik, tidak seharusnya mereka menghindar atau bersembunyi layaknya seorang anak kecil yang main petak umpet dengan awak media, mengingat jurnalis dalam melaksanakan tugasnya dilindungi Undang-Undang, selain itu jurnalis juga merupakan Kontrol Sosial yang berperan dalam membentuk sebuah Pemerintahan Yang Baik ( Good Government ).
Menjadi sebuah ironi ketika tugas jurnalis sepertinya menjadi momok menakutkan. Seolah-olah kehadiran jurnalis dianggap sebagai suatu ancaman yang besar dan menakutkan.
Toh tidak ada yang perlu ditakutkan dan dirisaukan. Jika memang benar dan merasa tidak bersalah kenapa harus takut dan menghindar ???
Apakah dengan berlari, menghindar dan bersembunyi bisa menjadi solusi yang tepat ???
Tentu saja tidak. Justru itu akan menjadi sebuah bola panas yang akan mengenai mereka sendiri.
Justru itu semua yang akan menjadi awal timbulnya permasalahan.
Pepatah “Tak Kenal Maka Tak Sayang” ini punya dua mata pisau. Satu sisi pepatah tersebut mengajarkan kita untuk berusaha mencoba menjadi manusia. Ya, menjadi manusia bersosialisasi, mengenal orang lain, berinteraksi hingga bekerjasama. Sisi ini adalah sisi manusiawi mengenai rasa humanis seorang manusia terhadap manusia lainnya.
Di sisi lain, kita harus menyadari dan memahami bahwa sebenarnya pepatah “Tak Kenal Maka Tak Sayang” tidak berlaku dan seiring dengan realita yang terjadi.
By. Dody Irawan Dhozan
Kabiro Lampung Utara